UJAN MENDERAP LAGI
Ujan menderap lagi,
rebasnya menimpa daun kaca,
perbukitan ini dingin seketika
Sesekali guruh menyapa
mengelus ingatan semusim lalu
aku pernah ke sini
menamu kamar ini
Ujan menderap lagi
butirnya menimpa daun pintu
aku datang lagi
mencari jejak lalu
menemani kesendirianku di sini.
RESTU 25 Jan 2013
USM PENANG
Thursday, January 24, 2013
Wednesday, July 13, 2011
Sunday, April 4, 2010
kolaborasi puisi
DALAM BAHASA DIAM*Share.. Today at 7:34am
Dekapkan telingamu
dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
ambillah sekeping kartu
dan sebatang pena
tulislah dengan hemat
setiap ungkap dan desis
yang kautafsir
Kirimkan padaku
ketika syuruk yang bening
atau saat mentari belum hangat
dan malam yang sangat larut
ketika rembulan berwajah bening
akan kubaca dengan cermat
catatan yang kau pahat.
Atau....
Dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
dan bisiklah padaku
tanpa perlu pena dan kartu
tanpa menunggu syuruk
dan menunggu suam mentari
pun bening wajah rembulan
kerna aku tidak sabar mendengar
bahasa diamku yang kauucap
Bahasa diam
Yang tak hanya kau artikan kelam
Melainkan lambang kamar tentram
Al-Amien, 05 April 2010
*Kolaborasi bersama penyair Indah Hairani Latif
Dekapkan telingamu
dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
ambillah sekeping kartu
dan sebatang pena
tulislah dengan hemat
setiap ungkap dan desis
yang kautafsir
Kirimkan padaku
ketika syuruk yang bening
atau saat mentari belum hangat
dan malam yang sangat larut
ketika rembulan berwajah bening
akan kubaca dengan cermat
catatan yang kau pahat.
Atau....
Dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
dan bisiklah padaku
tanpa perlu pena dan kartu
tanpa menunggu syuruk
dan menunggu suam mentari
pun bening wajah rembulan
kerna aku tidak sabar mendengar
bahasa diamku yang kauucap
Bahasa diam
Yang tak hanya kau artikan kelam
Melainkan lambang kamar tentram
Al-Amien, 05 April 2010
*Kolaborasi bersama penyair Indah Hairani Latif
Tuesday, October 27, 2009
Teaterikal Nyanyian Laut - puisi 2
JAGOAN TERBUANG
Aku yang berlabuh
Di pangkalan sejarah hayat
Menzikirkan sepi
Bertasbih memori
Perjalanan silam indah di ingatan
Aku jagoan
Menongkah arus
Membelah gelombang
Mengemudi haluan
Merentas teluk dan sempadan
Sarat rempahratus asam garam
Untuk bangsa ku membesar matang kehidupan
Kini
Aku terpinggir, tersingkir
Tidak tertongkah arus pemodenan
Tidak terbelah gelombang zaman
Teluk dan sempadan kian sempit
Lalu
Perbukitan ini menjadi saksi
Simpuhan yang semakin tersisih dalam ingatan warisan.
Indah Hairani.
Malam
Teaterikal Nyanyian Laut
Galari Pelayaran dan Perikanan
Muzium Maritim
Aku yang berlabuh
Di pangkalan sejarah hayat
Menzikirkan sepi
Bertasbih memori
Perjalanan silam indah di ingatan
Aku jagoan
Menongkah arus
Membelah gelombang
Mengemudi haluan
Merentas teluk dan sempadan
Sarat rempahratus asam garam
Untuk bangsa ku membesar matang kehidupan
Kini
Aku terpinggir, tersingkir
Tidak tertongkah arus pemodenan
Tidak terbelah gelombang zaman
Teluk dan sempadan kian sempit
Lalu
Perbukitan ini menjadi saksi
Simpuhan yang semakin tersisih dalam ingatan warisan.
Indah Hairani.
Malam
Teaterikal Nyanyian Laut
Galari Pelayaran dan Perikanan
Muzium Maritim
Teaterikal Nyanyian Laut
MEMO DARI LAUT
Kumbah yang menyusur sungai
Limbah yang memusar di muara
menuba dan menggugah lena
menukar warna taman firdausi
persada permukiman musnah
warga samudera menjerit
terkulai dan terkapar
Jasad-jasad tidak berkapan
kulit-kulit tersiat melecur,
meluluh dan membengkak
desir angin adalah talkin
pengkebumian ini tidak berpusara
Memo ini
melakar kosa kata cinta sebanyak buih
melorek vokal mimpi setinggi ombak
berikan kami nafas
berikan kami hidup.
Indah Hairani
Febuari 2008
Malam
Teaterikal Nyanyian Laut
Galari Pelayaran dan Perikanan
Muzium Maritim
Kumbah yang menyusur sungai
Limbah yang memusar di muara
menuba dan menggugah lena
menukar warna taman firdausi
persada permukiman musnah
warga samudera menjerit
terkulai dan terkapar
Jasad-jasad tidak berkapan
kulit-kulit tersiat melecur,
meluluh dan membengkak
desir angin adalah talkin
pengkebumian ini tidak berpusara
Memo ini
melakar kosa kata cinta sebanyak buih
melorek vokal mimpi setinggi ombak
berikan kami nafas
berikan kami hidup.
Indah Hairani
Febuari 2008
Malam
Teaterikal Nyanyian Laut
Galari Pelayaran dan Perikanan
Muzium Maritim
Thursday, September 17, 2009
Kalimah Yang Masih Sempurna
Rindu yang memasung jiwa
pada setiap purnama yang sempurna
menunggumu di bawah pohon cemara
sambil mengintai cahaya yang menyelinap
kalimah cinta yang pernah kita ukir bersama
Dengan penuh tertib aku mengusap
dan merenjis mawar
menyegar pohon yang kita tanam
lewat musim-musim kering
agar tumbuh kelopak-kelopak bunga
mengharum sepanjang musim
Dan purnama-purnama akan datang
kita tetap bisa menikmati aromanya
dengan kalimah yang masih sempurna.
pada setiap purnama yang sempurna
menunggumu di bawah pohon cemara
sambil mengintai cahaya yang menyelinap
kalimah cinta yang pernah kita ukir bersama
Dengan penuh tertib aku mengusap
dan merenjis mawar
menyegar pohon yang kita tanam
lewat musim-musim kering
agar tumbuh kelopak-kelopak bunga
mengharum sepanjang musim
Dan purnama-purnama akan datang
kita tetap bisa menikmati aromanya
dengan kalimah yang masih sempurna.
Monday, September 7, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)