Thursday, January 24, 2013

UJAN MENDERAP LAGI

Ujan menderap lagi,
rebasnya menimpa daun kaca,
perbukitan ini dingin seketika

Sesekali guruh menyapa
mengelus ingatan semusim lalu
aku pernah ke  sini
menamu kamar ini

Ujan menderap lagi
butirnya menimpa daun pintu
aku datang lagi
mencari jejak lalu
menemani kesendirianku di sini.


RESTU 25 Jan 2013
USM PENANG

Wednesday, July 13, 2011

Sunday, April 4, 2010

kolaborasi puisi

DALAM BAHASA DIAM*Share.. Today at 7:34am
Dekapkan telingamu
dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
ambillah sekeping kartu
dan sebatang pena
tulislah dengan hemat
setiap ungkap dan desis
yang kautafsir

Kirimkan padaku
ketika syuruk yang bening
atau saat mentari belum hangat
dan malam yang sangat larut
ketika rembulan berwajah bening
akan kubaca dengan cermat
catatan yang kau pahat.

Atau....
Dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
dan bisiklah padaku
tanpa perlu pena dan kartu
tanpa menunggu syuruk
dan menunggu suam mentari
pun bening wajah rembulan
kerna aku tidak sabar mendengar
bahasa diamku yang kauucap

Bahasa diam
Yang tak hanya kau artikan kelam
Melainkan lambang kamar tentram

Al-Amien, 05 April 2010
*Kolaborasi bersama penyair Indah Hairani Latif

Tuesday, October 27, 2009

Teaterikal Nyanyian Laut - puisi 2

JAGOAN TERBUANG

Aku yang berlabuh
Di pangkalan sejarah hayat
Menzikirkan sepi
Bertasbih memori
Perjalanan silam indah di ingatan

Aku jagoan
Menongkah arus
Membelah gelombang
Mengemudi haluan
Merentas teluk dan sempadan
Sarat rempahratus asam garam
Untuk bangsa ku membesar matang kehidupan

Kini
Aku terpinggir, tersingkir
Tidak tertongkah arus pemodenan
Tidak terbelah gelombang zaman
Teluk dan sempadan kian sempit
Lalu
Perbukitan ini menjadi saksi
Simpuhan yang semakin tersisih dalam ingatan warisan.


Indah Hairani.
Malam
Teaterikal Nyanyian Laut
Galari Pelayaran dan Perikanan
Muzium Maritim

Teaterikal Nyanyian Laut

MEMO DARI LAUT

Kumbah yang menyusur sungai
Limbah yang memusar di muara
menuba dan menggugah lena
menukar warna taman firdausi
persada permukiman musnah
warga samudera menjerit
terkulai dan terkapar

Jasad-jasad tidak berkapan
kulit-kulit tersiat melecur,
meluluh dan membengkak
desir angin adalah talkin
pengkebumian ini tidak berpusara


Memo ini
melakar kosa kata cinta sebanyak buih
melorek vokal mimpi setinggi ombak
berikan kami nafas
berikan kami hidup.

Indah Hairani
Febuari 2008
Malam
Teaterikal Nyanyian Laut
Galari Pelayaran dan Perikanan
Muzium Maritim

Thursday, September 17, 2009

Kalimah Yang Masih Sempurna

Rindu yang memasung jiwa
pada setiap purnama yang sempurna
menunggumu di bawah pohon cemara
sambil mengintai cahaya yang menyelinap
kalimah cinta yang pernah kita ukir bersama


Dengan penuh tertib aku mengusap
dan merenjis mawar
menyegar pohon yang kita tanam
lewat musim-musim kering
agar tumbuh kelopak-kelopak bunga
mengharum sepanjang musim

Dan purnama-purnama akan datang
kita tetap bisa menikmati aromanya
dengan kalimah yang masih sempurna.